Rasanya aku
ingin mati saja. Menyusul dia yang telah pergi. Pergi meninggalkanku untuk
selamanya. Aku tidak di izinkan bahagia disini. Hari hariku selalu dipenuhi
dengan kesedihan dan kekecewaan. Walaupun tak pernah ku perlihatkan kepada
mereka. Aku ingin pulang. Aku ingin hidupku kembali normal seperti sediakala.
Sebelum semua ini terjadi. Aku ingin kebahagiaan selalu menyertaiku. Aku selalu
berusaha membuat diriku bahagia. Tapi sungguh aku tak bisa. Aku tak bisa terus
menerus begini. Memaksa terlihat bahagia padahal hatiku hancur berkeping-
keping. Rasanya aku tak ingin hidup lagi. Aku selalu merasa ajalku semakin
dekat. Entah karena apa. Mungkin hanya sugestiku saja. Tidak seharusnya aku
berpikiran seperti itu. Tapi apa mau di kata? Aku sudah kehilangan semangat
untuk bahagia. Aku sudah kehilangan semangat untuk hidup. Aku sudah lelah
dengan semua yang terjadi padaku.
“aku rindu
ayah, aku rindu” andai aku masih bisa mengucapkan kalimat itu kepada orang yang
ku sayangi itu. Tapi semua hanyalah tinggal harapan kosong yang tak mungkin
sampai kapanpun akan terbalaskan. Aku sedih bila teringat kenangan bersamanya,
ketika teman-temanku berkata “asyik, ayah nelfon!!”, atau ketika mereka
bercerita tentang kenangan manis yang baru mereka lakukan bersama sang ayah. Sungguh aku iri pada mereka. Mereka masih
bisa bertemu ayah mereka untuk sekedar bermanja-manja atau hanya berbicara
sedikit. Sedangakan aku? Hanya bisa menatap gundukan tanah merah ini tanpa bisa
berharap ayah akan pulang kembali. Memang, aku bukan satu-satunya orang yang
merasa seperti ini. Aku mengutip kalimat
dari buku ‘ayah, pemilik cinta yang terlupakan’ yang mengatakan : “cintanya
sangat utuh bisa kita rasakan ketika ia telah meninggalkan kita selamanya”. Dan
itu sangat benar kurasakan saat ini. Aku merasa ayahlah yang paling
menyayangiku, ayahlah yang paling mengerti aku, ayahlah yang paling
memerhatikanku walaupun dia tidak pernah bertanya tapi aku tahu jika dia sangat
memerhatikanku dalam diamnya. Sebenarnya ayahku bukanlah orang yang pendiam.
Dia adalah seorang ayah yang aktif, banyak bicara, dan pastinya bertanggung
jawab. Dia selalu memberikan yang aku mau walaupun tidak diberikan saat itu
juga, bahkan kadang dia memberikan barang yang aku inginkan ketika aku sudah melupakannya.
Dan aku tahu itu adalah caranya untuk menjadikanku seseorang yang sabar dan gigih
untuk mendapatkan apa yang aku inginkan. Aku merindukanmu ayah, aku ingin
berterima kasih kepada tuhan karena telah menjadikan aku anakmu. Terima kasih
ayah atas tuntunanmu selama ini. Dan maaf aku belum sempat membahagiakanmu.